Translate

Rabu, 14 Agustus 2013

UDARA, SI MOTIVATOR



Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia…
Tak dapat dipungkiri bahwa semua orang sangat mengenal potongan lirik lagu di atas. Sebuah potongan lirik lagu yang memiliki makna yang besar. Serta memotivasi kita agar selalu mempunyai mimpi, karena dengan mimpi itulah kita bisa ‘hidup’ dan menjalankan kehidupan di dunia ini. Memang, pencapaian kita dalam hidup ini adalah tergantung dari seberapa besar mimpi kita, dan seberapa besar pula tindakan kita untuk merealisasikan mimpi itu.
Sejenak aku termenung. Sang Surya yang enggan menampakkan wajahnya, dan segumpalan mendung hitam yang enggan menjauh dari langit seakan mendorongku untuk bertanya. Bertanya kepada diriku sendiri. Jika mimpi memang kunci untuk kita bisa ‘hidup’, lantas mimpi apa yang ingin kau jalani? Seperti mendapat sebuah tamparan keras. Aku meyakini bahwa hidup berawal dari mimpi, namun aku sendiri masih bingung ketika ditanya tentang impian. Ironis. Dan mungkin sikap yang semacam inilah yang menemani kita sehari-hari. Kita terlalu asyik dengan orang lain, entah itu berupa kata-kata atau perbuatan. Sehingga yang terjadi adalah kita lupa akan kehidupan yang dimiliki jiwa raga kita ini. Terlalu sia-sia hidup ini jika kita hanya sibuk mengurusi orang lain. Alangkah indah nan berharganya apabila hidup ini kita gunakan untuk mengurus diri kita sendiri dan segala hal tentang hidup kita, semisal impian.
Impian. Jika harus memberikan jawaban atas pertanyaan di atas, maka aku akan mengingat kembali kata-kata spontan yang terucap ketika aku kecil. Dulu aku mengatakan bahwa aku akan menjadi seorang pengusaha. Tak hanya seorang pengusaha yang memperkaya diri dan berkiblat kepada kapitalisme, namun seorang pengusaha yang memperkaya diri sendiri dan masyarakat. Pengusaha yang berjalan di atas rel agama (Islam) dan ideologi bangsa (Pancasila). Kemudian pertanyaan baru muncul. Apakah aku bisa mewujudkan impian itu? Memang sulit untuk menjawabnya. Realitanya sekarang studi yang aku tempuh tak ada hubungan sedikit pun untuk menjadi pengusaha sukses. Bekal dan pengalaman pun minim. Kalau sudah seperti ini, bukankah lebih baik aku berpikir realistis? Melupakan impian yang sejak kecil secara tidak langsung selalu membimbing langkahku.
Udara yang tak kunjung berubah, yang masih setia menemani lamunanku hari ini. Akupun merasakan hembusan udara yang seakan berkata kepadaku: ‘jangan kau lupakan atau bahkan kau buang impianmu itu. Mungkin saat ini kau bukanlah apa-apa untuk mimpimu itu, tapi suatu saat kau akan menguasai mimpimu itu. Hanya masalah waktu saja.’ Mungkin memang benar. Masa kecil adalah cerminan kesuksesan kita di masa depan. Impian yang secara spontan terucap dari mulut kita akan memberikan input kepada otak kita dan akan tertanam ke dalam alam bawah sadar kita. Dan input inilah yang akan selalu membimbing langkah kita menuju kesuksesan sesuai dengan input tersebut, baik masa sekarang atau yang akan datang. Jika kita berubah haluan dari impian kita, maka kita juga akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk kesuksesan impian itu. Dan bisa jadi kita akan kehabisan waktu.
Mungkin saat ini aku bukanlah pengusaha itu. Jiwaku juga bukan jiwa pengusaha sukses. Namun, aku yakin, seiring berjalannya waktu aku akan terus belajar dan bekerja agar jiwa pengusaha itu bisa aku dapat. Dan pengusaha suksespun adalah hasil yang aku capai kelak. Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Segala sesuatu akan terjadi jika kita yakin dan mau berusaha mewujudkannya. Begitu juga dengan mimpi.
Pengusaha sukses. Pengusaha yang memperkaya diri sendiri dan orang lain. Pengusaha yang berkiblat pada agama dan negara. Akulah pengusaha terbaik di negeri ini. Setidaknya untuk waktu yang akan datang. Sekali lagi aku yakinkan bahwa ini bukan sekedar mimpi, ini adalah kunci, kunci untuk menuju kesuksesan hidupku dan hidup umat. Dan itu semua akan menjadi kenyataan kelak. Aku yakin itu.

BEK130592

Tidak ada komentar:

Posting Komentar