Translate

Rabu, 14 Agustus 2013

BELAJAR DARI ‘MEREKA’



Masih seperti biasa. Hari ini aku masih menjalani aktivitas rutin yang selama ini setia denganku. Pergi ke kampus guna mengemis ilmu, atau dalam bahasa sederhananya kuliah. Tak ada yang berbeda antara hari ini maupun hari kemarin. Niat dan semangat yang masih sama, begitupun keadaan fisik yang sama juga: masih dalam keadaan sakit yang tak bergengsi, yakni flu. Tak hanya pada diri, namun keadaan sekitarpun juga sama seperti hari-hari biasanya. Lalu lalang kendaraan yang selalu mengiringi perjalananku ke gedung asri penuh ilmu itu. Dan jika boleh jujur, hal semacam inilah yang membuat aku jenuh untuk kuliah di kota sendiri. Keadaan yang tak dinamis. Padahal dalam hidup, bukankah kita memerlukan kedinamisan agar selalu mendapat pelajaran dan pengalaman yang berbeda, anda setuju bukan? Namun, semakin aku melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu, semakin aku menderita dan semakin pula menunjukkan bahwa aku ini adalah orang yang tak bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Adil. Karena Tuhan dan Utusan-NYA telah memberikan wejangan kepada kita, bahwa kita tidak boleh bersedih dan mengeluhkan segala sesuatu, karena segala sesuatu itu telah digariskan dan diberikan kebaikan darinya untuk kita. Selain itu, bukankah kita juga telah menyepakati, bahwa hidup kita adalah hari ini, jadi jalani hari ini sebaik mungkin, jalankan apa yang telah kita genggam dan jangan mengeluh, berikan yang terbaik untuk hari ini, niscaya dampaknya juga akan kita rasakan kelak di masa depan. Bukankah kita semua –secara tidak langsung- telah menyepakati wejangan di atas?
Dan mungkin apa yang aku lakukan selama ini, rutinitas sehari-hariku, adalah prototype dari wejangan di atas. Kuncinya hanya satu: Ikhlas. Karena hidup yang kita jalani ini serba titipan dari Sang Ilahi. Bukan maksud untuk aku menyombongkan diri, namun hanya sekedar penghibur diri saja. Terutama diri ini dan bagi diri-diri yang lain.
Beberapa jam telah aku lalui di kampus rindang ini. Entah berapa kali aku mondar-mandir keluar masuk ruangan untuk mengikuti kuliah dari Dosen. Yang jelas aku tak mau perhitungan akan hal itu. Karena jika dihitung, aku lebih banyak mendapat ilmu dari mereka daripada berapa banyak aku mencari-cari mereka. Sepintas aku melihat, jauh di sana di lantai satu, kulihat segerombol mahasiswa pria wanita. Dari gerak-geriknya, aku perhatikan sepertinya mereka sedang musyawarah. Dan yang lebih menahanku untuk berpaling dari mereka adalah wajah mereka. Sepertinya wajah mereka sudah lama sekali tinggal diingatanku. Wajah yang tak mungkin salah. Rupanya mereka adalah kawan-kawanku dalam berorganisasi. Cukup kaget juga aku melihat mereka. Tumben sekali mereka di gedung ini. Gedung yang menakutkan bagi mereka. Entah bagaimanapun alasan dari mereka, yang jelas mereka tak mau datang ke gedung ini. Lebih tepatnya mereka tak mau untuk kuliah. Mereka lebih suka akan organisasi mereka. Menurut mereka organisasi jauh lebih memberikan pengalaman dan ilmu yang nyata kepada mereka daripada kuliah di kelas bersama dosen. Memang itu bisa dikatakan benar adanya. Tapi, bukankah kita dalam menuntut ilmu itu harus ada gurunya, agar ilmu kita menjadi berkah dan kita tidak menjadi orang yang “pinter keblinger”. Dan satu hal lagi yang sangat penting adalah niat dan tujuan awal kita datang ke kampus. Bukankah saat pertama kali kita menginjakkan kaki di kampus, kita mempunyai niat dan tujuan untuk kuliah, bukan untuk yang lain. Dan bukankah yang lain itu –semisal organisasi- baru kita dapat saat kita sudah cukup beradaptasi di kampus. Lalu jikalau kita melalaikan kuliah dan lebih mementingkan organisasi, dimanakah tanggungjawab kita? Ketika niat dan tujuan di atas kita bawa ke ranah tanggungjawab, maka tanggungjawab kita sangatlah komplek. Kita tak hanya mempertanggungjawabkan niat dan tujuan itu kepada diri kita, melainkan juga kepada orang tua/keluarga dan juga kepada Tuhan. Bukannya saya melarang untuk ikut organisasi, saya sangat mendukung dan senang jika ada mahasiswa yang aktif organisasi –entah organisasi intra atau ekstra kampus- yang saya larang dan tidak saya senangi adalah menduakan kuliah di kelas demi organisasi. Bukan bermaksud sombong, saya juga aktif di organisasi -intra maupun ekstra kampus- namun saya tak pernah menduakan akademik saya. Bagiku akademik tetaplah tujuan yang pertama dan organisasi adalah yang kedua.
Ketika kita pamit kepada orang tua untuk menginjakkan kaki di kampus, tentu kita mengatakan kita akan kuliah (bersama dosen di kelas) dan ini adalah sebuah janji kita kita kepada orang tua. Dan seperti yang sudah kita ketahui bersama, kita wajib untuk menjaga janji dan menjaga amanat dari orang tua. Ingat tujuan kita dari rumah. Dan jangan lalaikan mengapa kita diberi nama mahasiswa.


BEK130592

Tidak ada komentar:

Posting Komentar