Kuliah
hari ini terasa begitu membosankan. Selain karena kondisi raga yang tidak
begitu baik, juga karena ribuan tugas yang terus menghantui diri ini. Tak hanya
tugas dari kelas, namun juga tugas yang mengejar lewat organisasi. Rasanya
tugas tak akan pernah berhenti untuk mengejarku. Lain halnya dengan kedua tugas
tadi, tugas dari rumah pun juga semakin menumpuk. Atau yang lebih ekstrem lagi
adalah tugas dari hati. Tugas yang sebenarnya cukup mulia. Namun sayangnya
tugas ini menjadi hina karena attitude negative yang dimiliki sebagian besar
pengemban tugas atau justru pemilik hati itu sendiri. Jelas sekali bahwa tugas
yang satu ini cukup mulia. Bagaimana tidak. Kita, khususnya saya sebagai
lelaki, ditugaskan untuk mencari potongan tulang rusuk kita. Kita ditugaskan
oleh hati untuk menjalankan ibadah dan sunnah Rasul yang cukup penting. Kita
diharuskan untuk mencari tambatan hati. Dan kelak itu akan menjadi pendamping
hidup kita hingga raga telah dikubur dan jiwa telah kembali kepada-NYA.
Bukankah itu sangat mulia? Kita diberi tugas untuk mencukupi kebutuhan nafsu
kita, namun itu bukanlah dosa melainkan ibadah dan pemenuhan amanat Tuhan dan
Rasul.
Namun,
masalahnya sekarang ini yang terjadi adalah sebuah pengkhianatan terhadap tugas
mulia hati ini. Kita sebagai manusia yang mengklaim diri sebagai makhluk
sempurna, sering sekali membelot dalam pemenuhan amanat ini. Manusialah yang
menghancurkan tugas mulia ini. Mengapa demikian? Bukankah sudah jelas, bahwa
kita memang diperintah untuk mencari tambatan hati. Namun, kita juga diperintahkan
untuk meresmikan tambatan hati tersebut. Dalam bahasa sederhana, kita boleh
bermesraan ataupun bergandengan dengan lawan jenis -yang biasanya itu kita
sebut dengan pacaran- dengan catatan kita sudah meresmikan tambatan hati kita,
atau dalam bahasa yang lebih sederhana menikah lebih dulu sebelum pacaran.
Memang
kalau kita mengaku sebagai orang yang berpancasila dan beragama, seharusnya
adalah seperti itu. Karena itulah ketentuannya. Namun, mayoritas manusia
mengatakan bahwa itu adalah sebuah aturan yang tak logis dan tak sesuai
perkembangan jaman. Marilah kita sama-sama berpikir: aturan religi yang
mengatur kita atau jaman yang kita jadikan aturan? Yang jelas agama adalah
tuntunan sempurna untuk kita menggapai kebahagiaan yang hakiki. Semua kembali
kepada kita. Dan ingat segala pilihan ada konsekuensinya masing-masing. Semoga
kita selalu memilih agama dalam segala tindakan.
BEK130592
Tidak ada komentar:
Posting Komentar