Translate

Jumat, 16 Agustus 2013

GULALI ROMANSA “PART II”



Pagi ini masih seperti biasa. Embun yang menenangkan, mentari yang mengintip di balik kabut. Seperti biasa dunia selalu menyapaku dengan penuh senyum, bukan karena dunia mencintaiku, melainkan dunia seakan menyuruhku dengan lantang agar bergegas pergi ke sekolah. Mencari ilmu yang katanya bisa menaikkan taraf hidup suatu kaum. Padahal realitanya banyak juga kaum berilmu tinggi yang jadi pengangguran. Namun, apapun itu asalkan kita berusaha dan berdoa, maka tak ada cita yang tak tergapai. Karena Tuhan akan membantu makhluknya yang ulet.
Lima belas menit sudah aku berada di atas mesin berjalan ini. Dan tak terasa aku telah sampai di tempat ini lagi. Tempat di mana aku setiap hari mencari ilmu, atau bahkan mencari cinta. hehehe. Kulihat ke segala sudut sekolah. Tak ada yang berubah, semua masih sama seperti sebelumnya. Namun, batinku mendeteksi ada yang jauh berbeda dari biasanya. Hari ini begitu berbeda, begitu menenangkan, dan begitu membahagiakan. Ada apa gerangan? Aku berpikir keras. Bukan untuk memecahkan soal Fisika tadi malam yang sulitnya tujuh turunan, atau menemukan sanggahan dari teori Evolusi Darwin, melainkan untuk menemukan perbedaan apa yang terjadi hari ini. Lama aku hanya terdiam di atas kuda besi yang terparkir.
“Hoeee... ngelamun aja loe!! Belum dimasakin tadi??” Aku terkejut dengan suara lantang temanku dari samping. Dan seketika juga suasana canda tawa tercipta di area parkir siswa yang setiap hari juga merupakan area nongkrong bagi kami. Tiba-tiba aku terbawa untuk mengikuti suara motor yang baru parkir. Kulihat teman-temanku masih enak bercanda. Namun aku tak mampu melepaskan pandanganku dari motor itu. Ternyata inilah yang membuat aku merasa berbeda hari ini. Merasa jauh lebih menyenangkan dari sebelumnya. Bukan karena motor yang baru datang, melainkan karena pengendara motor itulah. Iya, dia adalah Devi. Orang yang tadi malam tiba-tiba sms aku, dan yang secara bersamaan telah mengirimkan sinyal cinta pada hati. Entah itu ia sadari atau hanya akulah yang terhegemoni dari cinta itu sendiri. Namun, hatiku tak mau diajak kompromi. Seakan memberi perintah ke syaraf, hati ini mengajak mata ini untuk mencuri-curi pandang kepada Devi. Kuperhatikan dia. Hanya senyuman yang manis yang ia berikan. Entah apa yang ada dibenaknya. Terus kuperhatikan dia dengan sedikit tersenyum. Memang, ada sesuatu yang berbeda dari dia. Sesuatu yang aku rasa berbeda dan tak dapat aku temukan dalam diri setiap wanita selain dia.
Sesuai rencana, hari ini harus aku manfaatkan untuk mendekati dia. Hari-hari di sekolah adalah momen yang tepat. Namun saying, hari ini semua gagal. Aku tak mendapati ia di kelas. Padahal kami satu kelas. Setelah aku nguping sana-sini, aku baru tahu ternyata ia ada kegiatan dengan OSIS-nya. Pantas ia tak terlihat hari ini. Tak apalah hari ini aku tak mendapat kesempatan mendekatinya, masih ada hari esok. Lagipula nanti malam aku masih bisa sms dia. Santai sajalah. Kucoba menghibur diri.
Malam pun tiba. Rencana yang sudah aku siapkan, segera aku lakukan. Kalau jaman Perang Kemerdekaan, Belanda sering menyebutnya Agresi Militer, namun kalau sekarang ini aku menyebutnya Agresi Cinta. Kulirik jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah delapan, waktu yang ideal untuk bertanya tentang PR sekolah. Ku ambil HP yang kuletakkan di atas meja belajar. Aku kirim sms kepada Devi.
“Assalamu’alaikum.. Sedang apa? By the way besok ada PR apa?” Sebenarnya saya sudah tahu PR untuk besok, namun inilah yang dinamakan strategi pdkt.hehe. Dan rupanya ada respon, dia membalas sms-ku.
“Wassalamu’alaikum.. Sedang lihat TV ini, kamu sendiri sedang apa? Kalau masalah PR seharusnya aku tanya ke kamu lho..?? hehe.”
“Wah… bahaya ini, sekolah kok nggak tahu ada PR apa tidak...hehehe.”
“Malah ngatain… padahal dia sendiri juga nggak tahu.. hehe. By the way kok tumben nggak tahu PR-nya?”
“Hahaha… ya biasalah.. manusia kan lupa juga, hehehe.”
“Hemmm… kalau kamu sih lupanya kelewatan, ingat cuma sekali, lupa ratusan kali.. hahaha.”
“Wah… ngatain dia.. hehehe.”
“Hehehe… piss… btw sedang apa kamu?”
“Ini lagi main catur di komputer.. bikin bete saja, dari tadi kalah terus.”
“Hahaha… jadi ingin main catur juga aku.”
“Emang bisa?”
“Wah… ngenyek ini. Lawan aku berani nggak?”
“Hahaha siapa takut. Besok di sekolah gimana?”
“Oke.. siapa takut. Kamu yang bawa papan caturnya ya?”
“Wah.. kok gitu? Kamu saja dech..”
“Hehehe.. aku nggak punya, aku kalau main juga sama komputer, masak komputernya aku bawa ke sekolah? Hehehe.”
“Ya sudah.. tak usahakan besok.”
Cukup lama aku tunggu balasan sms darinya. Namun, itu ternyata hanya harapan tak berujung saja. Dia sudah tak membalas sms-ku. Ku coba untuk berpikir positif saja: mungkin dia ketiduran. Toh, setidaknya aku masih bisa janjian dengannya untuk bermain catur bersama besok. Dan ini adalah kesempatan emas yang berikutnya untuk mengenal ia lebih jauh alias PDKT. Hehehe.

BEK130592

Tidak ada komentar:

Posting Komentar