Pagi
ini masih seperti biasa. Embun yang menenangkan, mentari yang mengintip di
balik kabut. Seperti biasa dunia selalu menyapaku dengan penuh senyum, bukan
karena dunia mencintaiku, melainkan dunia seakan menyuruhku dengan lantang agar
bergegas pergi ke sekolah. Mencari ilmu yang katanya bisa menaikkan taraf hidup
suatu kaum. Padahal realitanya banyak juga kaum berilmu tinggi yang jadi
pengangguran. Namun, apapun itu asalkan kita berusaha dan berdoa, maka tak ada
cita yang tak tergapai. Karena Tuhan akan membantu makhluknya yang ulet.
Lima
belas menit sudah aku berada di atas mesin berjalan ini. Dan tak terasa aku
telah sampai di tempat ini lagi. Tempat di mana aku setiap hari mencari ilmu,
atau bahkan mencari cinta. hehehe. Kulihat ke segala sudut sekolah. Tak ada
yang berubah, semua masih sama seperti sebelumnya. Namun, batinku mendeteksi
ada yang jauh berbeda dari biasanya. Hari ini begitu berbeda, begitu
menenangkan, dan begitu membahagiakan. Ada apa gerangan? Aku berpikir keras.
Bukan untuk memecahkan soal Fisika tadi malam yang sulitnya tujuh turunan, atau
menemukan sanggahan dari teori Evolusi Darwin, melainkan untuk menemukan
perbedaan apa yang terjadi hari ini. Lama aku hanya terdiam di atas kuda besi
yang terparkir.
“Hoeee...
ngelamun aja loe!! Belum dimasakin tadi??” Aku terkejut dengan suara lantang
temanku dari samping. Dan seketika juga suasana canda tawa tercipta di area
parkir siswa yang setiap hari juga merupakan area nongkrong bagi kami.
Tiba-tiba aku terbawa untuk mengikuti suara motor yang baru parkir. Kulihat
teman-temanku masih enak bercanda. Namun aku tak mampu melepaskan pandanganku
dari motor itu. Ternyata inilah yang membuat aku merasa berbeda hari ini.
Merasa jauh lebih menyenangkan dari sebelumnya. Bukan karena motor yang baru
datang, melainkan karena pengendara motor itulah. Iya, dia adalah Devi. Orang
yang tadi malam tiba-tiba sms aku, dan yang secara bersamaan telah mengirimkan
sinyal cinta pada hati. Entah itu ia sadari atau hanya akulah yang terhegemoni
dari cinta itu sendiri. Namun, hatiku tak mau diajak kompromi. Seakan memberi
perintah ke syaraf, hati ini mengajak mata ini untuk mencuri-curi pandang
kepada Devi. Kuperhatikan dia. Hanya senyuman yang manis yang ia berikan. Entah
apa yang ada dibenaknya. Terus kuperhatikan dia dengan sedikit tersenyum.
Memang, ada sesuatu yang berbeda dari dia. Sesuatu yang aku rasa berbeda dan
tak dapat aku temukan dalam diri setiap wanita selain dia.
Sesuai
rencana, hari ini harus aku manfaatkan untuk mendekati dia. Hari-hari di
sekolah adalah momen yang tepat. Namun saying, hari ini semua gagal. Aku tak
mendapati ia di kelas. Padahal kami satu kelas. Setelah aku nguping sana-sini,
aku baru tahu ternyata ia ada kegiatan dengan OSIS-nya. Pantas ia tak terlihat
hari ini. Tak apalah hari ini aku tak mendapat kesempatan mendekatinya, masih
ada hari esok. Lagipula nanti malam aku masih bisa sms dia. Santai sajalah.
Kucoba menghibur diri.
Malam
pun tiba. Rencana yang sudah aku siapkan, segera aku lakukan. Kalau jaman Perang
Kemerdekaan, Belanda sering menyebutnya Agresi Militer, namun kalau sekarang
ini aku menyebutnya Agresi Cinta. Kulirik jam dinding sudah menunjukkan pukul
setengah delapan, waktu yang ideal untuk bertanya tentang PR sekolah. Ku ambil
HP yang kuletakkan di atas meja belajar. Aku kirim sms kepada Devi.
“Assalamu’alaikum..
Sedang apa? By the way besok ada PR apa?” Sebenarnya saya sudah tahu PR untuk
besok, namun inilah yang dinamakan strategi pdkt.hehe.
Dan rupanya ada respon, dia membalas sms-ku.
“Wassalamu’alaikum..
Sedang lihat TV ini, kamu sendiri sedang apa? Kalau masalah PR seharusnya aku
tanya ke kamu lho..?? hehe.”
“Wah…
bahaya ini, sekolah kok nggak tahu ada PR apa tidak...hehehe.”
“Malah
ngatain… padahal dia sendiri juga nggak tahu.. hehe. By the way kok tumben
nggak tahu PR-nya?”
“Hahaha…
ya biasalah.. manusia kan lupa juga, hehehe.”
“Hemmm…
kalau kamu sih lupanya kelewatan, ingat cuma sekali, lupa ratusan kali..
hahaha.”
“Wah…
ngatain dia.. hehehe.”
“Hehehe…
piss… btw sedang apa kamu?”
“Ini
lagi main catur di komputer.. bikin bete saja, dari tadi kalah terus.”
“Hahaha…
jadi ingin main catur juga aku.”
“Emang
bisa?”
“Wah…
ngenyek ini. Lawan aku berani nggak?”
“Hahaha
siapa takut. Besok di sekolah gimana?”
“Oke..
siapa takut. Kamu yang bawa papan caturnya ya?”
“Wah..
kok gitu? Kamu saja dech..”
“Hehehe..
aku nggak punya, aku kalau main juga sama komputer, masak komputernya aku bawa
ke sekolah? Hehehe.”
“Ya
sudah.. tak usahakan besok.”
Cukup
lama aku tunggu balasan sms darinya. Namun, itu ternyata hanya harapan tak
berujung saja. Dia sudah tak membalas sms-ku. Ku coba untuk berpikir positif
saja: mungkin dia ketiduran. Toh, setidaknya aku masih bisa janjian dengannya
untuk bermain catur bersama besok. Dan ini adalah kesempatan emas yang berikutnya
untuk mengenal ia lebih jauh alias PDKT.
Hehehe.
BEK130592
Tidak ada komentar:
Posting Komentar