Translate

Jumat, 16 Agustus 2013

GULALI ROMANSA “PART I”



Seperti malam-malam sebelumnya, aku selalu mengurung diri di kamar. Bukan karena bertengkar dengan orang tua atau karena patah hati, namun karena tugas dari sekolah-lah yang memaksaku untuk melupakan acara favorit sebagian besar kalangan pelajar –yakni Opera Van Java- dan lebih memilih mengurung diri di kamar dalam satu minggu terakhir ini. Ini sebenarnya memang menyakitkan, tapi bagaimanapun juga kita harus bertanggungjawab dan konsekuen dengan profesi kita, yakni pelajar. Dan sebagai pelajar konsekuensinya adalah belajar dan mengerjakan tugas apapun situasi dan kondisinya.
Malam ini cukup berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Biasanya aku menatap ribuan kata di kertas ditemani dengan kipas angin, tapi malam ini selimut dan jaket tebal adalah penolongku menghadapi ribuan kata-kata yang seakan membunuh otakku. Malam ini begitu dingin. Selaras dengan suasana hati yang sekian lama membeku karena tak ada cinta seorang perempuan yang berhasil menghangatkannya. Sejenak aku merebahkan diri di karpet yang berada tepat di belakang meja belajar. Aku tersenyum sendiri ketika mengingat sebuah pertanyaan dari teman: “kamu itu bagaimana, motor sudah punya, tampang juga keren, otak juga termasuk pintar, tapi cewek tak punya, bagaimana kamu ini?”
Sempat terlintas untuk mencari yang namanya pacar. Mungkin memang sudah saatnya aku punya seorang tambatan hati. Apalagi aku sudah kelas 2 SMA. Lantas, siapa yang akan kujadikan pacar? Apakah teman SMP sekelasku dulu, yang pernah aku taksir? Atau teman sekelas pada waktu kelas 1 SMA, yang bisa dibilang cukup dekat denganku saat ini? Atau siapa?
Pertanyaan itu seakan menusuk-nusuk hati dan pikiranku secara perlahan. Namun, segera aku mengeluarkan angan-anganku dari jebakan gelap. Kuarahkan angan-anganku untuk menghibur diri: “Jodoh ditangan Tuhan, dan akan Tuhan amanatkan kepada kita suatu saat jika kita telah siap”. Iya, mungkin seperti itulah. Lebih baik aku selesaikan tugasku dengan baik dan benar.
Di tengah konsentrasiku untuk menuntaskan tugas, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara dari benda mungil yang kadang menyenangkan tapi juga menjerumuskan. Ternyata ada sms di HP-ku. Awalnya sempat terkejut aku membuka sms itu. Sms dari Devi. “Gila ini anak. Sudah jam 12 malam masih ‘melek’. Lagipula tumben juga ia sms, ada apa ini?” Gumamku dalam hati.
“Selamat malam.. Sudah tidur apa belum? Besok ada PR apa? Kalau belum balas ya?” Bunyi sms dari Devi. Sebenarnya cukup kesal juga aku, tengah malam sms cuma mau tanya PR. Dengan berat aku membalasnya. Itung-itung membantu teman.
“Selamat malam juga.. Belum tidur.. Besok PR-nya Matematika, Biologi, dan Fisika. Semuanya di modul, lanjutannya yang kemarin. By the way, kok belum tidur juga?”
“Hehehe.. Sudah tidur tadi habis magrib.. Ini baru bangun. Kamu kok belum tidur juga? Kok banyak banget ya PR-nya?”
“Iya banyak sekali.. Saya saja sampai belum tidur jam segini.. hahaha.”
“Hahaha.. Jangan dipaksakan.. kalau sudah ngantuk tidur saja, lagipula kan sudah tengah malam ini.. hehehe.”
“Wah.. perhatian sekali.. hahaha” Walaupun terkesan candaan, namun dalam hati aku berucap “Ini anak kelihatannya punya perhatian yang tinggi.”
“Hahaha.. ya sudah dilanjutkan belajarnya.. saya juga mau belajar.”
“Oke.. jangan dipaksakan juga.. hahaha.”
Tak ada lagi balasan sms berikutnya dari Devi. Mungkin dia memang sedang belajar atau melanjutkan tidurnya, aku juga tak tahu. Tapi, ada satu hal yang terkesan setelah itu. Alam bawah sadarku seperti bergerak sendiri memunculkan momen-momen di mana saat aku berpapasan dengan dia. Di mana saat aku berjumpa Devi untuk pertama kalinya. Di mana saat aku sedang berbincang dan bercanda ria dengan Devi. Semua muncul tanpa perintah. Aku pun bingung. Kenapa semua bisa terjadi? Ada apa? Mungkinkah aku jatuh cinta padanya? Atau apa? Ah.. entahlah! Aku tak mau terjebak dalam kebimbangan dan prediksi tak berujung. Lebih baik aku fokus pada tugas yang sebentar lagi akan menemui ujungnya. Bersamaan dengan selesainya tugas yang sedari tadi membelenggu otakku, tiba-tiba aku kembali mendengar suara sms dari HP kecilku. Aku buka sms. Sesuai dugaanku: Devi membalas smsku.
“Sudah tidurkah?” Dua kata yang membuat aku semakin penasaran dan membuat perasaan ini berbeda dari biasanya.
“Belum.. baru selesai tugasku.. bagaimana dengan kamu? Sudah selesai?”
“Wah.. besok aku nyontek ya kalau begitu? Hehehe. Kalau Biologinya hampir selesai, tapi Matematika dan Fisika sepertinya aku tidak bisa. Sudah ngantuk lagi.. hehehe.”
“Hahaha.. tidak perlu memaksa. Boleh-boleh saja kalau mau nyontek, asal tidak gratis. Hahaha.”
“Hahaha.. dasar pelit.. J.”
“Ya sudah.. aku tak tidur dulu ya.. sudah ngantuk. Ingat! Nggak perlu maksa, kalau sudah ngantuk tidur saja. Haha.”
“Iya.. selamat tidur ya..”
“Selamat tidur juga..”
Saling berucap selamat tidur menjadi akhir dari percakapan sms kami. Namun entah mengapa rasa senang dan berbeda terus menghinggapi diriku. Sepertinya memang ada sesuatu di hati ini yang ingin ditujukan kepada Devi. Tapi apa itu? Akankah cinta? Atau terimakasih? Atau tanda persahabatan? Atau apa? Keraguan inilah yang semakin mendorongku untuk lebih mendekatinya. Untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan dan kebingungan yang melekat dalam hati. Dan mungkin hari-hari bersama di sekolah adalah latar yang tepat untuk itu semua.

BEK130592

Tidak ada komentar:

Posting Komentar