Kemarin
aku berjalan-jalan ke alun-alun kota. Kota yang memberiku pembelajaran penting
dalam hidupku. Setidaknya untuk 21 tahun ini. Hari itu mungkin sama seperti
hari-hari biasanya. Penuh dengan muda-mudi yang sedang memadu kasih dengan
pasangan mereka masing-masing. Rasa senang dan mendukung mereka atau rasa duka
dan memaki mereka, mungkin dua opini inilah yang timbul ketika mata menemui
fenomena seperti itu. Dan kita, atau mungkin aku, selalu bingung untuk memilih
salah satu dari dua opini tersebut, sebagai sikap kita terhadap perkembangan
muda-mudi generasi bangsa ini. Rasanya akupun juga sulit menentukan hal itu.
Karena, jika kita bicara tentang hal di atas, tentu tak hanya sebuah pemikiran
pragmatis yang kita gunakan, namun juga melibatkan sebuah pemikiran dari
psikologi perkembangan dan sosiologi atau bahkan masih banyak lagi.
Kesimpulannya adalah kita tak bisa memberikan pilihan sikap secara instan untuk
muda-mudi yang sedang memadu kasih dengan pasangannya ini. Namun, aku mencoba
untuk mencari sebuah opini baru. Opini yang mungkin bisa sedikit menggantikan
kebimbangan dua opsi di atas. Memahami kembali hakikat cinta itu sendiri. Untuk
apa cinta dan bagaimana kita menjaga cinta. Setidaknya itu bisa kita coba
sebagai cara kita untuk memilih sikap atas romansa yang terjadi di kalangan
remaja sekarang.
Mataku
masih menjelajah seluruh pojok alun-alun. Aku coba menemukan pemandangan lain,
selain pasangan muda-mudi yang tengah mengumbar asmara mereka. Namun, memang
sebuah hal sulit, ketika kita menginginkan pemandangan lain di tempat seperti
ini. Namun, beberapa saat kemudian, aku kembali dihadapkan dengan sebuah fakta
unik. Lagi, aku menemui suatu fakta bahwa sulit itu bukan berarti tak bisa atau
tak ada. Hanya saja, sulit itu terjadi ketika kita belum menemukan sesuatu itu.
Hal ini karena terbatasnya ruang dan waktu bagi kita. Namun, ruang dan waktu
yang membatasi kita, akan terpecahkan jika kita terus berusaha pantang
menyerah. Dan rupanya hal ini menimpaku saat ini. Aku benar-benar menemukan
pemandangan yang berbeda. Kulihat di alun-alun bagian selatan segerombolan
laki-laki yang tak bersama pasangannya. Beberapa orang sedang latihan
breakdance, hunting foto, sekedar bermain laptop atau smartphone. Setidaknya
itulah yang mereka lakukan tanpa pasangannya di alun-alun ini.
Rupanya
tak hanya kaum Adam saja yang menikmati kesendiriannya di alun-alun ini.
Kulihat sekelompok kaum Hawa begitu riang menikmati keteduhan alun-alun ini
tanpa pasangannya. Mereka terlihat sangat narsis sekali dengan Smartphone
mereka. Aku terus perhatikan mereka. Nampaknya mereka juga menyadari bahwa
mataku tak henti memandanginya. Mereka saling berbisik satu sama lain. Seolah
mereka sedang merancang suatu strategi jitu untuk memusnahkanku. Namun, aku
masih enggan melepaskan pandanganku dari mereka. Semakin lama semakin tajam aku
menatap mereka. Mataku tak mau lepas dari sesosok gadis di antara mereka. Gadis
yang sedari tadi asyik memotret merpati dan beringin di sekitarnya. Ia terlihat
sangat berbeda dari gadis-gadis yang kujumpai selama di alun-alun ini. Ia
begitu menawan. Eksotis sekali.
Lama
aku memperhatikannya. Hal ini ternyata mengundang rasa curiga teman-temannya.
Akhirnya ia menyadari kalau aku sedari tadi mengamati gerak-geriknya. Tentu
saja ini karena campur tangan dari teman-temannya. Tiba-tiba, dengan semangat
45, mereka bergegas meninggalkan tempat mereka. Sepertinya mereka ingin mencari
kopi. Karena mereka berjalan menuju café di barat alun-alun. Atau mungkin saja
mereka takut dan tidak nyaman dengan kehadiran pandanganku di setiap
gerak-gerik mereka. Entahlah! Toh, hanya mereka sendiri yang tahu alasannya.
Akupun
juga telah bosan mengitari alun-alun ini. Seharusnya keteduhan alun-alun ini
bisa meneduhkan jiwa ini. Namun, memang realita itu cukup sulit jika harus
sinkron dengan idealita. Namun, setidaknya gadis itulah yang membuat
jalan-jalanku hari ini lebih bermakna. Dan dialah alasanku untuk kembali
jalan-jalan di alun-alun ini. Mungkin esok, lusa, atau mungkin minggu depan.
Dan harus aku akui juga, bahwa aku memberi penilaian salah terhadap alun-alun
ini. Karena pada akhirnya aku menemukan sesosok wanita yang membuat hati ini
berdebar kencang dan rasa penasaran tiada henti. Jadi, berhenti berpikir
stereotip –penilaian negatif atau memberi stigma negatif- terhadap apa yang kau
jumpai. Karena sering pandangan kita tertipu dengan idealis kita.
BEK130592
Tidak ada komentar:
Posting Komentar