Seperti
biasa lajur aspal yang lurus penuh bebatuan telah menungguku pagi ini. Seakan
tak mau kalah, motor yang biasa menemaniku menempuh jalanan yang terik, kini
juga sudah siap untuk melaju menempuh jalanan yang hari ini berubah dari terik
menjadi sedingin lemari es.
Walau
udara hari ini berubah, namun tidak dengan pemandangan dan suasana jalanan.
Jalanan masih penuh dengan ribuan aktivitasnya. Mulai dari pedagang sayur,
tukang becak, pegawai negeri, direktur perusahaan, hingga anak sekolahan,
mereka semua bersatu padu membentuk jalanan yang ramai, jalanan yang bising,
dan jalanan yang hidup akan interaksi sosial. Walau interaksi itu hanya sebatas
klakson dari kendaraan mereka masing-masing.
Lama
aku larut dalam humaniora mesin di jalanan, hingga aku tak sadar bahwa tujuan
telah menanti di depanku: sekolah yang setiap hari menjadi sarana belajarku
sejak lulus SMP satu tahun yang lalu. Seperti biasa, nongkrong di tempat parkir
kendaraan siswa, adalah ritual wajib yang aku dan teman-teman lakukan setiap
pagi. Setiap hari. Namun, sejak dua hari terakhir ini, ritual pagi yang aku
lakukan tak hanya sekedar nongkrong bersama teman-teman, tapi juga menanti
seseorang. Seseorang yang tiba-tiba menjadi pencarian hati. Dialah sang pengobat
kegalauan cinta: Devi. Nama yang terdengar begitu indah dan menawan. Selaras
dengan parasnya yang cantik, senyuman yang manis menenangkan, dan keanggunan
sikapnya. Sungguh, dialah pengobat jiwa yang paling tepat.
Tapi
hari ini tak seperti hari sebelumnya. Biasanya aku selalu melihatnya di
parkiran, dan kami hampir selalu bareng ketika menuju ke kelas, dan tentunya
itu bersama teman-teman yang lainnya. Tapi, kemana dia hari ini? Kenapa aku
tidak melihatnya? Padahal bel tanda masuk sudah berbunyi. Apakah dia terlambat?
Ah, mungkin dia memang terlambat.
Hampir
satu jam pelajaran telah usai. Namun, tanda-tanda kedatangan Devi pun tak
kunjung aku dapatkan. Pikiran yang bertanya-tanya telah menggiring bola mataku
bergerilya mencari-cari sesuatu yang aku sendiri tak tahu apa itu. Tiba-tiba
fokus mataku beralih ke papan absen. Terlihat di sana tertera nama yang sejak
tadi aku cari. Ternyata Devi tidak masuk hari ini. Kemana dia? Hanya keterangan
ijin yang temukan di sana. Lalu ke mana dia? Bukankah tadi malam dia mengajakku
bermain catur hari ini. Lalu kenapa dia justru tidak masuk hari ini? Mungkinkah
dia membohongiku? Ataukah dia lupa akan janjinya? Tapi menurutku Devi bukanlah
seorang yang dengan mudah melupakan janjinya. Mungkin hari ini memang dia ada
keperluan yang sangat penting. Aku sms dia. Mungkin sms akan membantuku
menemukan jawaban dari bermacam pertanyaan tentangnya yang bergelayut di
otakku. Namun, itu hanyalah isapan jempol semata. Berjam-jam aku menanti
balasan sms darinya, tapi tak ada satupun sms yang masuk dengan tulisan nama
Devi.
Pikiran
yang melayang mencari-cari si dia, telah membuatku tak nyaman dan tak fokus
lagi dengan pelajaran hari ini. Entahlah! Aku juga tak tahu, apa yang
sebenarnya terjadi. Yang jelas hati ini sepertinya sudah terpatri pada seorang
yang bernama Devi. Apakah ini hanyalah sebuah romansa semu? Ataukah ini sebuah
kisah asmara sejati, yang akan terus berkesinambungan? Tuhanlah yang tahu,
karena Dialah Sang Pencinta Sejati.
BEK130592
Tidak ada komentar:
Posting Komentar