Translate

Jumat, 16 Agustus 2013

GULALI ROMANSA “PART III”



Seperti biasa lajur aspal yang lurus penuh bebatuan telah menungguku pagi ini. Seakan tak mau kalah, motor yang biasa menemaniku menempuh jalanan yang terik, kini juga sudah siap untuk melaju menempuh jalanan yang hari ini berubah dari terik menjadi sedingin lemari es.
Walau udara hari ini berubah, namun tidak dengan pemandangan dan suasana jalanan. Jalanan masih penuh dengan ribuan aktivitasnya. Mulai dari pedagang sayur, tukang becak, pegawai negeri, direktur perusahaan, hingga anak sekolahan, mereka semua bersatu padu membentuk jalanan yang ramai, jalanan yang bising, dan jalanan yang hidup akan interaksi sosial. Walau interaksi itu hanya sebatas klakson dari kendaraan mereka masing-masing.
Lama aku larut dalam humaniora mesin di jalanan, hingga aku tak sadar bahwa tujuan telah menanti di depanku: sekolah yang setiap hari menjadi sarana belajarku sejak lulus SMP satu tahun yang lalu. Seperti biasa, nongkrong di tempat parkir kendaraan siswa, adalah ritual wajib yang aku dan teman-teman lakukan setiap pagi. Setiap hari. Namun, sejak dua hari terakhir ini, ritual pagi yang aku lakukan tak hanya sekedar nongkrong bersama teman-teman, tapi juga menanti seseorang. Seseorang yang tiba-tiba menjadi pencarian hati. Dialah sang pengobat kegalauan cinta: Devi. Nama yang terdengar begitu indah dan menawan. Selaras dengan parasnya yang cantik, senyuman yang manis menenangkan, dan keanggunan sikapnya. Sungguh, dialah pengobat jiwa yang paling tepat.
Tapi hari ini tak seperti hari sebelumnya. Biasanya aku selalu melihatnya di parkiran, dan kami hampir selalu bareng ketika menuju ke kelas, dan tentunya itu bersama teman-teman yang lainnya. Tapi, kemana dia hari ini? Kenapa aku tidak melihatnya? Padahal bel tanda masuk sudah berbunyi. Apakah dia terlambat? Ah, mungkin dia memang terlambat.
Hampir satu jam pelajaran telah usai. Namun, tanda-tanda kedatangan Devi pun tak kunjung aku dapatkan. Pikiran yang bertanya-tanya telah menggiring bola mataku bergerilya mencari-cari sesuatu yang aku sendiri tak tahu apa itu. Tiba-tiba fokus mataku beralih ke papan absen. Terlihat di sana tertera nama yang sejak tadi aku cari. Ternyata Devi tidak masuk hari ini. Kemana dia? Hanya keterangan ijin yang temukan di sana. Lalu ke mana dia? Bukankah tadi malam dia mengajakku bermain catur hari ini. Lalu kenapa dia justru tidak masuk hari ini? Mungkinkah dia membohongiku? Ataukah dia lupa akan janjinya? Tapi menurutku Devi bukanlah seorang yang dengan mudah melupakan janjinya. Mungkin hari ini memang dia ada keperluan yang sangat penting. Aku sms dia. Mungkin sms akan membantuku menemukan jawaban dari bermacam pertanyaan tentangnya yang bergelayut di otakku. Namun, itu hanyalah isapan jempol semata. Berjam-jam aku menanti balasan sms darinya, tapi tak ada satupun sms yang masuk dengan tulisan nama Devi.
Pikiran yang melayang mencari-cari si dia, telah membuatku tak nyaman dan tak fokus lagi dengan pelajaran hari ini. Entahlah! Aku juga tak tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Yang jelas hati ini sepertinya sudah terpatri pada seorang yang bernama Devi. Apakah ini hanyalah sebuah romansa semu? Ataukah ini sebuah kisah asmara sejati, yang akan terus berkesinambungan? Tuhanlah yang tahu, karena Dialah Sang Pencinta Sejati.

BEK130592

Tidak ada komentar:

Posting Komentar